Kata Yahweh berhubung dengan kata kerja
bahasa Ibrani yang maksudnya ‘AKU ADALAH AKU’. Terjemahan Alkitab Indonesia
tertulis begini Keluaran 3:14 Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH
AKU." Sementara itu, dalam terjemahan King James Version tertulis God said
unto Moses, I AM THAT I AM.
Nama
Yahweh yang lain
Memetik dari Harold Henry Rowley seorang
Professor dalam Perjanjian Lama dan sastera bahasa ibrani di Universiti
Manchester, England membuktikan bahawa Yahweh adalah nama dewa suku Keni yang
hidup jauh sebelum zaman Musa.
Namun demikian, Rowley mengatakan, itu
tidak bermakna bahawa Musa begitu sahaja menggunakan agama suku Keni kepada
bangsanya. Ini kerana nama Yahweh yang di ajarkan Musa adalah Yahweh yang telah
memerdekakan mereka dari kekuasaan Mesir.
Itu bererti makna Yahweh yang dikenali orang
Israel adalah berbeza dengan Yahweh bagi suku Keni. Dalam suatu catatan dalam
Alkitab, Tuhan murka kepada bangsa Israel, sekalipun mereka menyebut Tuhan
dengan Yahweh tetapi ketika itu orang Isreal menuju ucapan tersebut dengan
menyembah patung seekor sapi. Tuhan tidak tertarik dengan sebutan Yahweh bangsa
Israel tersebut, sebab mereka menyembah hasil pikiran mereka sendiri dan
menyimpang dari kehendak Tuhan.
Yang
menjadi perdebatannya.
Cukup menarik memang, sekelompok kecil
orang Kristian di Sarawak begitu giat mempertahankan nama Yahweh, sementara
orang Yahudi sebagai pewaris langsung mengubah begitu saja nama Yahweh sesuai
keperluan mereka. Istilah yang sering di pakai untuk Ilahi ialah El. Dari istilah ini dibentuk kata Elim,
Elohim, El Shadai, El Elyon, El Olam, El Roi, El Yisrael dan Eloah.
Demi kepentingan misi dalam konteks
budaya Yahweh diganti dengan εγω ειμι (baca: ego eimi). Septuaginta merupakan
kitab yang disalin dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani oleh 70 (sebenarnya
lebih) ahli kitab dan ahli bahasa bangsa Yahudi.
Semua penggunaan kata Yahweh
diterjemahkan atau diganti dengan “ego eimi” yang artinya “Aku ini”. Terjemahan
ini dianggap tepat, sebab nama YHWH dalam bahasa Ibrani berbunyi “Ehyeh Esyer
Ehyeh” yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sehari-hari “Aku adalah Aku”
(Keluaran 3:14). Itu bermakna nama Yahweh sebagai pernyataan Tuhan yang
mengandung ertinya Tuhan yang ada, tetap ada dan berkarya.
Dengan demikian dapat di fahami jikalau
Tuhan Yesus menyuruh orang mempercayai karya-Nya merupakan bukti keberadaan-Nya
sebagai Mesias (Matius 11:2-6). Bahkan Yesus Kristus menegaskan kepada
murid-murid-Nya sengan menunjuk diri-Nya sendiri sebagai “ego eimi”.
Cadangan dari sekumpulan orang Kristian supaya menggantikan istilah Allah dengan Yahweh dimaksudkan supaya ada perbezaan dengan agama Islam. Kelompok kecil “Yahwehisme” ini juga menyatakan bahwa Tuhan akan mengalami kebingungan atau kelam kabut kalau tidak dipanggil dengan nama-Nya iaitu Yahweh. Ini sangat tidak masuk akal.
Jika Allah itu mengalami kebingungan,
kelam kabut atau tidak mengerti panggilanNya bermakna kita sudah menghakimi
kekuasaan Tuhan terhadap sifat Allah Yang Mengetahui segalanya.
Allah dalam menerima doa dan ibadah
umat-Nya tidak sahaja melihat gerak bibir atau ucapan kita yang manis melainkan
Allah melihat jauh ke dalam hati (iman) iaitu keikhlasan kita.
Pertanyaan
saya?
Apakah para pakar teologi dan guru besar
dalam bidang Perjanjian Lama dan bidang bahasa Ibrani yang sudah melakukan
kajian berpuluh-puluh tahun tidak dapat menekankan kepentingan secara tegas dan
mandatori agar harus menggunakan nama YHWH bagi sebutan nama Tuhan?
Lalu pertanyaan lanjutnya, apakah
tingkat pemahaman mereka sangat rendah sehingga pada hari ini boleh dipertikai
dengan sewenang-wenangnya oleh segelintir orang yang ‘tidak jelas’ pelajaran
teologinya dan pemahaman mereka tentang bahasa sastera ibrani?
Seterusnya, apakah kalau kita tidak
memanggil nama Tuhan dengan YHWH? Kita akan berdosa? Dan tidak masuk Syurga?
Sejarah
di negeri Sarawak
Selama ini cara sebutan yang digunakan
ialah menyebut Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus tanpa disertai
dengan nama Yahweh. Di negeri Sarawak
bumi kenyalang, pemakaian nama Allah tidak pernah membingungkan baik untuk orang Kristian
mahupun untuk orang Islam seperti telah terbukti selama ini.
Oleh karena itu dalam kehidupan ibadah
orang Islam akan menyebut nama Tuhan mereka dengan nama Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.
Sedangkan orang Kristian yang
menggunakan bahasa Malaysia dalam ibadah mereka akan menyebutnya Allah Bapa,
Allah Anak dan Allah Roh Kudus di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Sebutan
dengan iman.
Memanggil Tuhan dengan Allah dalam
konteks iman orang Kristian itu bererti percaya Yesus Kristus Anak Tunggal
Allah Bapa yang telah mati di salib untuk dosa seluruh umat manusia,
dibangkitkan pada hari ketiga, naik ke syurga dan akan datang kembali
mengangkat gereja-Nya.
Oleh sebab itu di kolong langit ini
tidak ada nama lain yang dapat menyelamatkan kecuali nama Yesus Kristus.
Alkitab menegaskan bahwa tidak ada cara lain untuk masuk ke syurga, kecuali
dengan percaya di dalam nama-Nya (Kisah Para Rasul 4:12; Yohanes 14:6). Tidak
ada nama selain nama Yesus Kristus yang ditinggikan, dimana pada akhirnya semua
lidah akan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan.
Roma 10:9-10 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati
orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Kesimpulan
Oleh kerana Allah itu tidak terbatas, maka suatu definisi yang yang luas dan lengkap tentang Allah merupakan suatu yang boleh di anggap mustahil. Nama Yahweh dan Allah semata-mata tidak menyelamatkan. Namun, penyebutan samaada nama Yahweh ataupun Allah harus diucapkan dengan iman berpaksi kepada Yesus Kristus pasti akan menyelamatkan.
Oleh kerana Allah itu tidak terbatas, maka suatu definisi yang yang luas dan lengkap tentang Allah merupakan suatu yang boleh di anggap mustahil. Nama Yahweh dan Allah semata-mata tidak menyelamatkan. Namun, penyebutan samaada nama Yahweh ataupun Allah harus diucapkan dengan iman berpaksi kepada Yesus Kristus pasti akan menyelamatkan.
Kitab Taurat dan kitab para Nabi mengarah
kepada puncak karya Allah, iaitu pemulihan hubungan manusia berdosa dengan
Allah Bapa di Syurga melalui karya Yesus Kristus (Lukas 24:27, 44; Yohanes 5:39). Karena itu sembah dan layanilah Tuhan
dengan menyebut-Nya Yahweh atau Allah sejauh diucapkan dengan iman, rasa hormat
dan penuh cinta di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Menjadi doa
dan harapan agar, ada orang-orang percaya yang akan menulis lebih tinggi
nilainya dari artikel saya ini.
Sumber
rujukan
1. Handbook
to the bible, (2004). Yayasan Kalam Hidup. Pp 177.
2. Henry
C. T (2003). Lectures in Systematic Theology. Pp36-39.
3. Andrew
E.H and John H. W (1991). A Survey of the Old Testament. Pp178
4. Roy
B. Z and Eugene H. M (1991). A Biblical Theology of Old Testament. Pp 125-130
5. Rose
book of Bible Chart, Maps and Time Lines (2005). Pp 55
6. Bakker
F.L (1965). History of God Kingdom / Sejarah Kerajaan Allah. Pp 267-268
Tiada ulasan:
Catat Ulasan