Ahad, 13 November 2016

YHWH, ALLAH DAN SARAWAK. Penjelasan yang sederhana

Nama YHWH muncul dalam Alkitab di perjanjian lama khususnya dalam Keluaran 3:14 dan Malekhi 3:6. YHWH dalam bahasa ibrani di pertuturkan sebagai YAHWEH. Pada awalnya orang-orang Ibrani menerima nama Yahweh melalui Musa, tetapi dikemudian hari mereka tidak lagi berani menyebutkan secara langsung dan menggantikan dengan Adonai (yang diertikan “Tuhan” atau “Tuan”). Bagi orang Ibrani selaku pewaris mula-mula nama Yahweh tersebut, nama Yahweh telah disucikan dan di kuduskan, sehingga tidak boleh diucapkan secara langsung. Sekali lagi bagi menghindari pemakaian nama Yahweh, maka digantikan dengan nama Adonai. Nama Adonai sering muncul dalam kitab para nabi. Istilah ini mengungkapkan ketergantungan dan kepatuhan iaitu sikap seorang nabi kepada Tuhannya.


Kata Yahweh berhubung dengan kata kerja bahasa Ibrani yang maksudnya ‘AKU ADALAH AKU’. Terjemahan Alkitab Indonesia tertulis begini Keluaran 3:14  Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Sementara itu, dalam terjemahan King James Version tertulis God said unto Moses, I AM THAT I AM.

Nama Yahweh yang lain

Memetik dari Harold Henry Rowley seorang Professor dalam Perjanjian Lama dan sastera bahasa ibrani di Universiti Manchester, England membuktikan bahawa Yahweh adalah nama dewa suku Keni yang hidup jauh sebelum zaman Musa.

Namun demikian, Rowley mengatakan, itu tidak bermakna bahawa Musa begitu sahaja menggunakan agama suku Keni kepada bangsanya. Ini kerana nama Yahweh yang di ajarkan Musa adalah Yahweh yang telah memerdekakan mereka dari kekuasaan Mesir.

Itu bererti makna Yahweh yang dikenali orang Israel adalah berbeza dengan Yahweh bagi suku Keni. Dalam suatu catatan dalam Alkitab, Tuhan murka kepada bangsa Israel, sekalipun mereka menyebut Tuhan dengan Yahweh tetapi ketika itu orang Isreal menuju ucapan tersebut dengan menyembah patung seekor sapi. Tuhan tidak tertarik dengan sebutan Yahweh bangsa Israel tersebut, sebab mereka menyembah hasil pikiran mereka sendiri dan menyimpang dari kehendak Tuhan.

Yang menjadi perdebatannya.

Cukup menarik memang, sekelompok kecil orang Kristian di Sarawak begitu giat mempertahankan nama Yahweh, sementara orang Yahudi sebagai pewaris langsung mengubah begitu saja nama Yahweh sesuai keperluan mereka. Istilah yang sering di pakai untuk Ilahi ialah El. Dari istilah ini dibentuk kata Elim, Elohim, El Shadai, El Elyon, El Olam, El Roi, El Yisrael dan Eloah.

Demi kepentingan misi dalam konteks budaya Yahweh diganti dengan εγω ειμι (baca: ego eimi). Septuaginta merupakan kitab yang disalin dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani oleh 70 (sebenarnya lebih) ahli kitab dan ahli bahasa bangsa Yahudi.

Semua penggunaan kata Yahweh diterjemahkan atau diganti dengan “ego eimi” yang artinya “Aku ini”. Terjemahan ini dianggap tepat, sebab nama YHWH dalam bahasa Ibrani berbunyi “Ehyeh Esyer Ehyeh” yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sehari-hari “Aku adalah Aku” (Keluaran 3:14). Itu bermakna nama Yahweh sebagai pernyataan Tuhan yang mengandung ertinya Tuhan yang ada, tetap ada dan berkarya.

Dengan demikian dapat di fahami jikalau Tuhan Yesus menyuruh orang mempercayai karya-Nya merupakan bukti keberadaan-Nya sebagai Mesias (Matius 11:2-6). Bahkan Yesus Kristus menegaskan kepada murid-murid-Nya sengan menunjuk diri-Nya sendiri sebagai “ego eimi”.

Cadangan dari sekumpulan orang Kristian supaya menggantikan istilah Allah dengan Yahweh dimaksudkan supaya ada perbezaan dengan agama Islam. Kelompok kecil “Yahwehisme” ini juga menyatakan bahwa Tuhan akan mengalami kebingungan atau kelam kabut kalau tidak dipanggil dengan nama-Nya iaitu Yahweh. Ini sangat tidak masuk akal.

Jika Allah itu mengalami kebingungan, kelam kabut atau tidak mengerti panggilanNya bermakna kita sudah menghakimi kekuasaan Tuhan terhadap sifat Allah Yang Mengetahui segalanya.

Allah dalam menerima doa dan ibadah umat-Nya tidak sahaja melihat gerak bibir atau ucapan kita yang manis melainkan Allah melihat jauh ke dalam hati (iman) iaitu keikhlasan kita.

Pertanyaan saya?

Apakah para pakar teologi dan guru besar dalam bidang Perjanjian Lama dan bidang bahasa Ibrani yang sudah melakukan kajian berpuluh-puluh tahun tidak dapat menekankan kepentingan secara tegas dan mandatori agar harus menggunakan nama YHWH bagi sebutan nama Tuhan?

Lalu pertanyaan lanjutnya, apakah tingkat pemahaman mereka sangat rendah sehingga pada hari ini boleh dipertikai dengan sewenang-wenangnya oleh segelintir orang yang ‘tidak jelas’ pelajaran teologinya dan pemahaman mereka tentang bahasa sastera ibrani?

Seterusnya, apakah kalau kita tidak memanggil nama Tuhan dengan YHWH? Kita akan berdosa? Dan tidak masuk Syurga?

Sejarah di negeri Sarawak

Selama ini cara sebutan yang digunakan ialah menyebut Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus tanpa disertai dengan nama Yahweh. Di negeri Sarawak bumi kenyalang, pemakaian nama Allah tidak pernah  membingungkan baik untuk orang Kristian mahupun untuk orang Islam seperti telah terbukti selama ini.  

Oleh karena itu dalam kehidupan ibadah orang Islam akan menyebut nama Tuhan mereka dengan nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sedangkan orang Kristian yang menggunakan bahasa Malaysia dalam ibadah mereka akan menyebutnya Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Sebutan dengan iman.

Memanggil Tuhan dengan Allah dalam konteks iman orang Kristian itu bererti percaya Yesus Kristus Anak Tunggal Allah Bapa yang telah mati di salib untuk dosa seluruh umat manusia, dibangkitkan pada hari ketiga, naik ke syurga dan akan datang kembali mengangkat gereja-Nya.

Oleh sebab itu di kolong langit ini tidak ada nama lain yang dapat menyelamatkan kecuali nama Yesus Kristus. Alkitab menegaskan bahwa tidak ada cara lain untuk masuk ke syurga, kecuali dengan percaya di dalam nama-Nya (Kisah Para Rasul 4:12; Yohanes 14:6). Tidak ada nama selain nama Yesus Kristus yang ditinggikan, dimana pada akhirnya semua lidah akan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan.

Roma 10:9-10  Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Kesimpulan

Oleh kerana Allah itu tidak terbatas, maka suatu definisi yang yang luas dan lengkap tentang Allah merupakan suatu yang boleh di anggap mustahil. Nama Yahweh dan Allah semata-mata tidak menyelamatkan. Namun, penyebutan samaada nama Yahweh ataupun Allah harus diucapkan dengan iman berpaksi kepada Yesus Kristus pasti akan menyelamatkan.

Kitab Taurat dan kitab para Nabi mengarah kepada puncak karya Allah, iaitu pemulihan hubungan manusia berdosa dengan Allah Bapa di Syurga melalui karya Yesus Kristus (Lukas 24:27, 44; Yohanes 5:39). Karena itu sembah dan layanilah Tuhan dengan menyebut-Nya Yahweh atau Allah sejauh diucapkan dengan iman, rasa hormat dan penuh cinta di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Menjadi doa dan harapan agar, ada orang-orang percaya yang akan menulis lebih tinggi nilainya dari artikel saya ini.

Sumber rujukan

1.      Handbook to the bible, (2004). Yayasan Kalam Hidup. Pp 177.
2.      Henry C. T (2003). Lectures in Systematic Theology. Pp36-39.
3.      Andrew E.H and John H. W (1991). A Survey of the Old Testament. Pp178
4.      Roy B. Z and Eugene H. M (1991). A Biblical Theology of Old Testament. Pp 125-130
5.      Rose book of Bible Chart, Maps and Time Lines (2005). Pp 55
6.      Bakker F.L (1965). History of God Kingdom / Sejarah Kerajaan Allah. Pp 267-268
7.      Rowley H.H (1890–1969). The Missionary Message of the Old Testament












  




Catatan: Saya selalu mendoakan saudara/i agar dapat mengalami perubahan dan pertumbuhan kehidupan rohani yang signifikan di dalam Kristus dengan rutin membaca renungan-renungan yang saya tulis.

Tiada ulasan: